Sejarah Bilangan Matematika
Sejarah
bilangan dapat kita telusuri dengan berbagai pendekatan. Kita dapat menyusun
ulang sejarah bilangan berdasarkan solusi persamaan, yaitu persamaan linear dan
persamaan kuadrat. Dengan modal bilangan asli dan persamaan linear kita akan
sampai pada kesimpulan bahwa harus ada bilangan nol, sistem bilangan bulat, dan
sistem bilangan rasional. Kemudian, dengan persamaan kuadrat kita akan sampai
pada kesimpulan bahwa harus ada bilangan real dan bilangan kompleks.
Secara sederhana, sejarah
bilangan dapat kita mulai dengan bilangan Asli. Bilangan Asli merupakan
bilangan yang pertama kali dikenal manusia. Hal ini karena secara alamiah
manusia akan melihat berbagai benda/objek dan kemudian untuk keperluan tertentu
mereka harus menghitungnya. Mereka memiliki, uang, kambing, anak, pohon,
saudara, dan lain-lain. Untuk menghitung benda-benda tersebut bilangan yang
digunakan adalah bilangan Asli. Tentu saja mereka tidak menyadari bahwa
bilangan yang mereka gunakan untuk menghitung tersebut adalah bilangan Asli.
Penamaan tersebut dilakukan setelah jaman modern untuk keperluan pengembangan
ilmu pengetahuan. Dengan demikian kita dapat mendefinisikan bahwa bilangan asli
adalah bilangan yang digunakan untuk menghitung. Notasi himpunan bilangan asli
adalah ℕ. Anggota bilangan asli adalah N={1,2,3,…}.
Bilangan asli yang sudah dikenal
tentu harus dilengkapi dengan suatu aturan untuk mengoperasikan bilangan
tersebut. Operasi tersebut adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian. Kita sudah mengetahui bahwa bilangan asli bersifat tertutup terhadap
penjumlahan. Artinya, penjumlahan dua bilangan asli akan menghasilkan bilangan
asli. Tetapi tidak demikian dengan pengurangan. Kita akan mendapati bahwa jika
sebuah bilangan asli dikurangi dengan bilangan asli hasilnya belum tentu
bilangan asli. Sebagai contoh, 5 – 5 = 0. Jelas bahwa bukan anggota
bilangan asli. Oleh karena itu, sistem bilangan asli harus diperluas dengan
menyertakan 0 sebagai anggota. Perluasan ini kemudian dikenal sebagai bilangan
Cacah.
Bilangan nol merupakan salah satu
penemuan yang sangat penting. Sebelum ada bilangan nol, menuliskan
bilangan-bilangan yang besar sangat sulit. Bahkan beberapa bilangan memiliki
notasi yang sama (untuk lebih lengkap, silakan baca buku Berhitung Sejarah dan
Pengembangannya yang ditulis oleh Dali S. Naga). Dengan adanya bilangan nol,
penulisan bilangan-bilangan yang besar pun menjadi mudah. Bilangan nol pertama
kali digunakan di China dan India, tetapi kemudian dipopulerkan oleh Bangsa
Arab pada era keemasan Islam.
Perkembangan selanjutnya,
bilangan Cacah pun ternyata tidak dapat sepenuhnya merepresentasikan objek
dalam dunia nyata. Dalam dunia nyata ada orang yang memiliki uang, ada orang
yang tidak memiliki uang, dan bahkan ada orang yang memiliki utang. Keadaan
pertama dapat kita tulis dengan bilangan asli, sedangkan keadaan kedua bisa
kita tulis dengan bilangan 0. Bagaimana dengan keadan yang ketiga jika yang
menjadi kerangka acuan adalah keberadaan uang. Hal ini akan membawa kita pada
perluasan sistem bilangan cacah menjadi menjadi bilangan bulat.
Perluasan bilangan bulat dapat
juga dijelaskan dengan operasi pada dua bilangan cacah. Dengan operasi
pengurangan, ternyata diketahui bahwa jika dua bilangan cacah dikurangkan maka
hasilnya belum tentu bilangan cacah. Sebagai contoh, 6 – 4 = 2 dan 2 masih
merupakan bilangan cacah, tetapi 4 – 6 tidak ada interpretasinya dalam bilangan
cacah. Selanjutnya digunakan bilangan negatif untuk menyatakan hasil 4 – 6.
Dengan demikian, karena 4 – 6 merupakan kebalikan dari , maka 4 – 6 = -2.
Gabungan bilangan cacah dengan bilangan negatif ini yang kemudian membentuk
bilangan bulat.
Notasi
himpunan bilangan bulat adalah ℤ, dan anggota bilangan bulat
adalah Z={…,-3,-2,-1,0,1,2,3,…}.
Perhatikan bahwa -2 tidak hanya dihasilkan dari 4-6 , tetapi dapat juga dihasilkan dari 5 – 7, 10 – 12, 20 – 22 dan masih banyak lagi. Berdasarkan hal tersebut, setiap bilangan bulat mewakili suatu hasil pengurangan dalam cacah. Sebagai contoh, bilangan 2 mewakili hasil-hasil dari {2 – 0, 3 – 1, 4 – 2, …}. Bilangan -3 mewakili hasil-hasil dari {0 – 3, 2 – 5, 7 – 10, …}. Hal ini berarti anggota himpunan bilangan bulat adalah hasil operasi pengurangan pada bilangan asli.
Perhatikan bahwa -2 tidak hanya dihasilkan dari 4-6 , tetapi dapat juga dihasilkan dari 5 – 7, 10 – 12, 20 – 22 dan masih banyak lagi. Berdasarkan hal tersebut, setiap bilangan bulat mewakili suatu hasil pengurangan dalam cacah. Sebagai contoh, bilangan 2 mewakili hasil-hasil dari {2 – 0, 3 – 1, 4 – 2, …}. Bilangan -3 mewakili hasil-hasil dari {0 – 3, 2 – 5, 7 – 10, …}. Hal ini berarti anggota himpunan bilangan bulat adalah hasil operasi pengurangan pada bilangan asli.
Bilangan bulat yang disertai
dengan operasi penjumlahan dan perkalian membentuk struktur tertentu dalam
matematika. Struktur yang dimiliki bilangan bulat adalah, terhadap operasi
penjumlahan, sistem bilangan bulat membentuk grup yang komutatif (grup
abelian). Hal ini berarti terhadap penjumlahan bilangan bulat bersifat
tertutup, asosiatif, memiliki unsur identitas, memiliki invers (lawan) dan
komutatif,. Terhadap perkalian, bilangan bulat memiliki sifat, tertutup,
komutatif, asosiatif, dan mempunyai unsur identitas. Dengan demikian sistem
bilangan bulat memiliki sifat yang lebih lengkap daripada sistem bilangan
sebelumnya.
Selanjutnya, terhadap operasi
pembagian, ternyata bilangan bulat tidak bersifat tertutup. Dalam kehidupan
sehari-hari kita sering harus membagi suatu objek menjadi beberapa bagian.
Setelah dibagi hasilnya bisa utuh bisa juga tidak utuh. Sebagai contoh, jika
kita memiliki 10 apel kemudian akan dibagikan kepada 5 anak, maka masing-masing
anak akan mendapat 2 apel (masing-masing apel masih utuh). Tetapi jika 10 apel
tersebut akan dibagikan kepada 20 anak, maka setiap anak mendapat setengah
apel. Tidak ada bilangan bulat yang dapat digunakan untuk menyatakan hasil
tersebut. Oleh karena itu, sistem bilangan diperluas.
Perluasan
dari sistem bilangan bulat tersebut adalah sistem bilangan rasional. Bilangan
rasional didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis sebagai dengan m dan n bilangan bulat dan n≠0.
Dengan perluasan sistem bilangan ini, maka persoalan tentang pembagian dapat
diselesaikan. Jika sistem bilangan bulat membentuk struktur grup abelian
terhadap operasi penjumlahan, maka sistem bilangan rasional membentuk lapangan
(Field).
Selanjutnya, kita semua mengenal
teorema Pythagoras. Jika kita mempunyai segitiga siku-siku dengan sisi tegak
masing-masing 1 satuan panjang, maka panjang sisi miringnya (hypotenusa) adalah . Namun, tidak dapat dinyatakan dalam bentuk
m/n dengan m dan n bilangan bulat dan n≠0 (bukti lengkapnya lihat di buku
analisis real). Ini berarti ada bilangan lain di luar bilangan rasional. Bilangan
tersebut dikenal sebagai bilangan irasional. Gabungan bilangan rasional dan
bilangan irasional membentuk sistem bilangan real. Bilangan real dapat
didefinisikan sebagai bilangan yang dapat digunakan untuk mengukur. Sistem
bilangan real membentuk lapangan terurut dan lengkap.
Perluasan himpunan bilangan real
adalah himpunan bilangan kompleks. Kemunculan bilangan kompleks dapat
diilustrasikan oleh usaha mencari solusi persamaan kuadrat . Bilangan yang
memenuhi persamaan kuadrat itu adalah bilangan yang kuadratnya adalah -1. Tidak
ada bilangan real yang memenuhi sifat demikian. Oleh karena itu, muncul
himpunan bilangan kompleks. Himpunan bilangan kompleks dinotasikan dan $latex i= \sqrt{-1}} $.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar